Selamat malam!
Senang bisa berada di sini. Saya mulai kembali belajar bahasa Indonesia itu pada tahun 2006. Tadi sudah diceritakan saya buka akun twitter tahun 2006. Tapi sebenarnya bukan pembukaan akun twitter itu yang membuat saya kembali belajar bahasa Indonesia. Kegiatan saya menulis di wikipedia Bahasa Indonesia itu yang membuat saya kembali belajar Bahasa Indonesia.
Saat itu saya menguasai 2 bahasa; Bahasa Inggris dan bahasa pemrograman komputer. Karena saya pemrogram komputer dan atasan saya atau lingkungan kerja saya kebetulan orang Belgia, sehingga saya lebih lancar berbahasa Inggris. Waktu saya tersasar ke wikipedia Bahasa Indonesia, saya baru sadar ternyata keterampilan menulis saya di Bahasa Indonesia itu jelek. Saya bisa bicara dalam Bahasa Indonesia waktu ngobrol hari – hari itu kita bicaranya bahasa Indonesia ya. Tapi ternyata, menjadi orang Indonesia itu tidak menjamin kita bisa bicara atau menulis dalam Bahasa Indonesia yang formal.
Untuk bicara seperti ini susah banget, belum lagi karena pemrogram komputer ya itu kan males bicara depan orang. Jangankan bicara depan orang, ngomong sama teman sebaya aja kadang – kadang males. Lebih baik ngobrol dengan komputer.
Nah, waktu saya menulis di wikipedia Indonesia saya insyaf. Saya kok lebih bisa bahasa asing daripada Bahasa Indonesia. Saya belajar lagi secara otodidak, kemudian apa yang saya pelajari saya coba bagikan kepada teman – teman di twitter.
Banyak yang tanya kok bisa ya menghabiskan waktu berjam-jam untuk membalas pertanyaan di twitter? Saya sekarang (kalau dulu sih mendingan ya) kalau sekarang mulai sejak setahun yang lalu itu setiap kali buka twitter biasanya saya menghabiskan waktu 1 – 2 jam untuk menjawab semua pertanyaan. Kenapa saya melakukan itu? alasannya sangat sederhana. Dulu waktu kembali belajar Bahasa Indonesia itu saya hampir nggak punya tempat untuk bertanya. Susah ya tahun 2006 mau cari rujukan ke Badan Bahasa, tapi Badan Bahasanya nggak punya akun twitter (punya sih akun twitter Cuma sepertinya jarang sekali untuk dibuka). Jadi ya belajar sendiri saya coba cari “Kenapa sih ‘Anda’ harus diawali dengan huruf kapital? ‘saya’ tidak, ‘kamu’ tidak. Hal – hal itu sangat menggelitik, membuat penasaran “kenapa ya?”. Pada akhirnya ketidaktahuan itu membuat orang skeptis “Ah udahlah cuekin aja Bahasa Indonesia, mendingan belajar Bahasa Inggris rujukannya gampang diperoleh”. Tapi kalau diperhatikan, saya jarang lho mengoreksi kesalahan. Saya bukan polisi bahasa yang mengoreksi setiap kesalahan. Bukan begitu, yang saya lakukan hanya menyampaikan bahwa ini yang benar, ini yang sesuai kaidah. Kalau mau ikut ya silakan, kalau tidak mau ikut ya tidak masalah.
Ada juga orang bertanya kalau kita ngobrol di twitter itu apakah harus berbahasa Indonesia yang baku? Jawaban saya dengan tegas, nggak. Saya ibaratkan kalau kita pergi ke kafe dan ngobrol dengan teman “Hai! apa kabar? Bagaimana kabar kamu hari ini? Yang ada dipelototin sama teman, kan?
Bahasa Indonesia itu harus yang baik dan benar. Baik itu artinya sesuai dengan konteks, benar itu artinya sesuai kaidah. Ada kaidah – kaidah universal yang gimanapun kita menggunakan itu tetap sama. Contoh, ‘di’ yang dipisah dengan ‘di’ yang disambung, walaupun kita gunakan di WA dan kita gunakan ditulisan formal itu sama. Kata ‘di sana’ itu walaupun kita tulis di WA maupun kita tulis di tulisan laporan atau sesuatu yang formal, itu tetap dipisah. Nggak ada tuh certa kita nulis di WA ‘di sana’ disambung, “ah udahlah, ini kan Cuma WA doang” – nggak. Kapitalisasi misalnya. Kapitalisasi awal kalimat (ya okelah) kadang – kadang memang ada orang yang menulis tetap dengan huruf kecil, tapi nggak ada salahnya juga kan kita menulis dengan huruf kapital, kan? Kita nulis nama tempat di WA, karena di WA Jakarta nggak usah diawali dengan huruf kapital”. Ya boleh – boleh aja, cuma saya memilih untuk tetap menggunakan huruf kapital